HARIANSUKABUMI.COM| Seni Budaya Sunda Sisingaan atau Gotong Singa (sebutan lainnya Odong-odong dan Reog Sisingaan), hampir tersisihkan dengan perkembangan zaman digital saat ini.
Akan tetapi, di Kampung Cilangla, RT 08 RW 04, Desa/Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, satu keluarga besar Paguyuban Gelar Pusaka (Pencak Silat) dan Sanggar Panca Wangi Saputra (Sisingaan) masih bisa menjaga dan mempertahankan seni budaya warisan leluhur, meski saat ini tidak seantusias tahun 1960-2009.
Pendiri Paguyuban Gelar Pusaka, Udin Haris (80), yang akrab disapa Abah Udin mengatakan, Keluarga besarnya dari dulu secara turun temurun sudah memiliki atau diwarisi seni budaya Sunda bela diri Pencak Silat dan seni budaya Reog Sisingaan.
“Pada tahun 1960, kakek buyut kami menamakan wadah untuk Pencak Silat itu Paguyuban Gelar Pusaka. Dan tahun 2009, nama Sanggar Panca Wangi Saputra untuk tim Reog Sisingaan lahir di Kampung Cilanglala ini. Alhamdulillah sampai saat ini masih terjaga kelestariannya,” ujar Abah Udin, saat disambangi di kediamannya di Kampung Cilangla, Jumat (21/5/2021).
Dirinya mengaku, sempat mengabdi selama 35 tahun sampai tahun 1995 sebagai Bantuan Tempur (Banpur) di Kodim 0607 Sukabumi. Bahkan dirinya memaparkan, pada zaman dulu leluhur keluarga besarnya sudah memiliki kecintaan terhadap perguruan atau paguyuban seni budaya beladiri Pencak Silat dan Sisingaan atau dikenal orang terdahulu Reog Sisingaan.
“Abah sempat mengabdi diri secara sukarela di Kodim 0607 (Banpur) sampai 1995, disamping kakek buyut mewariskan seni budaya pencak silat dan Reog Sisingaan. Hingga sekarang anak cucu Abah yang meneruskan,” ucap Abah Udin, sambil membakar rokok bako tampang yang dibungkus dengan daun aren kering (dunkaung bahasa Sunda).
Ditempat sama, Ami Kakay (41), anak dari Abah Udin menambahkan, Kampung Cilangla dulunya adalah pusat perkumpulan para jawara-jawara pencak silat yang ada di Jawa Barat. Dimana menurutnya, para jawara datang untuk dijajal kemampuan pencak silat yang dikuasainya, sampai kepada Reog Sisingaan kerap ditampilkan dalam setiap acara-acara pesta rakyat atau peringatan agama Islam dan perayaan hajatan, pemerintah, peringatan hari besar nasional dan lainnya.
“Alhamdulillah, keluarga besar kami masih menjaga warisan leluhur Paguyuban Gelar Pusaka dan Sanggar Panca Wargi Saputra (Reog Sisingaan) lengkap dengan peralatannya. Mulai dari perlengkapan seragam, media tandu sebagai sarana kreasi seni Sisingaan dan alat musik ciri seni budaya Sunda (gendang dan trompet),” papar Ami, yang juga aktif sebagai Anggota Muda Laskar DPC Gerakan Ormas Islam Bersatu (GOIB) Kecamatan Cireunghas.
Meski sempat mengalami pakum, sambung Ami, dan jarang tampil dalam pagelaran kesenian budaya yang dimiliki keluarga besar Abah Udin, dirinya bersama sanak saudara masih menyimpan dan sesekali menampilkan seni budaya Pencak Silat dan Sisingaan dalam acara-acara keluarga di Kampung Cilanglala.
“Sekarang hanya bisa tampil mengisi acara acara keluarga di sini saja, tapi sejak beberapa bulan kami berkeinginan untuk kembali membangkitkan seni budaya yang diwariskan kakek buyut kami. Minta doanya saja dari semua, agar seni budaya ini bisa kembali naik panggung di cinta sebagai seni budaya yang harus dipertahankan,” tandasnya. (Red