Hariansukabumi.com- Adnan Kapau Gani, atau yang lebih dikenal A.K Gani adalah seorang pahlawan nasional yang lahir di Palembayan,Kabupaten Agam Sumatra Barat, pada tanggal 16 September 1905.
Ayahnya adalah seorang guru. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta. Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School/GHS) Jakarta, dan baru lulus pada 1940.
Sejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.
Seni peran juga turut mengisi kehidupannya. Ketika perang dunia kedua sedang berlangsung AK Gani sempat membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni. Dalam film tersebut AK Gani berpasangan dengan Djoewariah. Film yang disutradarai oleh Rd. Ariffien tersebut bagi sebagian kalangan telah menodai gerakan kemerdekaan. Namun AK tak menghiraukannya. Dan film satu-satunya itu disebut-sebut sukses secara komersial.
Pembangkangan AK Gani terhadap perintah Jepang yang menolak untuk bekerjasama dengan pihak Jepang mengakibatkan dia ditangkap dan dipenjara pada September 1943 hingga Oktober 1944
Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 AK Gani memperoleh posisi yang cukup bergengsi dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun itu juga, AK Gani menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatra Selatan.
Selain itu Ia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional.
Dengan banyaknya aset asing yang ada di Indonesia, ia kemudian merundingkan penjualan aset-aset pihak asing tersebut, termasuk perusahaan milik Belanda Shell.
Tak hanya menjual aset asing A.K Gani juga sempat terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Dan usaha tersebut bisa berhasil berkat koneksinya di Singapura yang sangat banyak membantu dalam tugas tersebut
Setelah masa kemerdekaan Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani merangkap beberapa jabatan sekaligus, sewaktu menjadi Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat juga sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dan dia dipercayai oleh pemerintah pada kabinet Syahrir untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.
Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran.
Tercatat A.K Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan.
Setelah Kabinet Syahrir, dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948.
Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatra Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatra Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968 dengan pangkat Mayjen TNI. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang di Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.
Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada A.K. Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66/2007 TK. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang, Rumah Sakit AK Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia. Selain itu nama A.K Gani digunakan untuk nama museum yang ada di Kota Palembang
Azhar Vilyan
Referensi : wikipedia
