Hariansukabumi.com Sejarah Islam– Mush’ab bin Umair adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dijuluki “Mush’ab Yang Baik”. Pemuda berwajah tampan dan selalu menjadi pujaan hati wanita Mekkah. Lahir dari keturunan Quraisy yang kaya, Mush’ab bin Umair hidup dengan berkecukupan serta dimanjakan keluarganya
Dikisahkan dalam buku “Biografi 60 Sahabat Nabi” karya Khalid Muhammad Khalid, Mush’ab bin Umair dikenal dengan sosok berpenampilan anggun dan cerdas. Karena rasa penasarannya terhadap Rasulullah dan Islam, ia pun ingin menemui Rasulullah. Lantas ia mulai mencari keberadaan Rasulullah. Saat ia mengetahui Rasulullah sedang berada di rumah Al-Arqam di Bukit Shafa, ia pun bergegas untuk bertemu Rasulullah di sana.
Mush’ab disambut baik oleh Rasulullah, kemudian ia mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran dari Rasulullah, hatinya langsung bergetar. Dan Allah memasukan hidayah ke hatinya hingga ia mengucapkan syahadat dan masuk ke Agama Islam saat itu juga
Dalam Perang Uhud, Mush’ab bin Umair menunjukan keteguhan hatinya dalam berperang. Ketika itu ia diberi tugas sebagai pembawa bendera perang.
Ketika situasi saat perang mulai gawat akibat sebagian besar kaum Muslimin melupakan perintah Nabi, sehingga posisi Rasulullah menjadi sangat terancam, dengan cerdik Mush’ab mengalihkan perhatian musuh terhadap Rasulullah dengan cara bertakbir sekeras-kerasnya dan mengacungkan bendera setinggi-tingginya, sambil maju menyerang musuh. Targetnya, ketika itu tidak lain hanyalah agar musuh melupakan Rasulullah. Dan caranya itupun berhasil memalingkan musuh dari Rasulullah, meski ia tebus dengan nyawanya sendiri.
Saat Mush’ab mengacungkan Bendera Perang Islam, tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda, lalu menebas tangan Mush’ab hingga terputus, sementara Mush’ab meneriakkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”
Kemudian dengan tangan kanan yang telah terputus, Mush’ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush’ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan yang bercucuran darah ia meraih bendera itu ke dada sambil berucap, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”
Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush’ab pun gugur, dan bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.
Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush’ab, bercucuranlah dengan deras air mata Baginda Nabi
Pada saat itu tak ada sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah. Andai Burdah itu ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput Idzkhir!”
Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup itu, Rasulullah berkata, “Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah.”
Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada, kawan-kawan Mush’ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru, “Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!”
Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, Rasulullah bersabda, “Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya.”
Azhar Vilyan
Dari berbagai sumber