Hariansukabumi.com- Barangkali di dunia ini tidak orang yang tidak ingin sukses. Namun untuk mencapai kesuksesan tersebut tidaklah mudah, jalan ke sana penuh dengan rintangan berpeluh-berpeluh bahkan hingga berdarah- darah. Dan semua tidak ada yang instan
Dan perjalanan seperti itu pula lah yang pernah dialami oleh Fikri Abdul Aziz. Dari seorang anak pedagang asongan di terminal Palabuhanratu, hingga kini menjadi seorang pengusaha sekaligus seorang pengacara ternama di Sukabumi
Perjalanan hidup seorang Fikri Abdul Aziz terekam jelas oleh memori Kusnadi teman dekat dari Fikri Abdul Azis. Kusnadi adalah teman semasa kecil Fikri ketika mereka sama-sama sebagai pedagang asongan kala itu
“Dulu sekitar tahun 1997, Saya pernah jualan asongan di Terminal Bus Palabuhanratu Tepatnya di Jalur Bayah-Cikotok. Dan Ketika itu saya melihat seorang anak yang sebaya denganku yang juga sedang berjualan. Karena saya baru pertamakali melihatnya di Terminal Palabuhanratu, lalu saya hampiri untuk berkenalan. Kemudian hari-hari selanjutnya setelah kami cukup dekat saya perhatikan sosok Fikri ini saya nilai adalah sosok yang tekun dan ulet. Hampir tiap hari saya melihatnya berdagang,” kenang Kusnadi yang kini menjadi agen Satria antaran Prima SAP pada Kamis 6 Oktober 2022
Selain itu Fikri juga dinilai mempunyai kelebihan dibanding anak-anak lain sesama pedagang asongan
“Dia itu jago berbahasa Inggris, dengan kelebihannya itu pula, Fikri bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Karena banyak wisatawan-wisatawan asing yang berbelanja padanya, disebabkan lancarnya komunikasi antara mereka,” lanjut Kusnadi
“Fikri kecil dulu sering dipanggil Udeh. Udeh sendiri sedari kecil sudah tidak mempunyai sosok Ayah. Karena kesulitan ekonomi, maka semenjak kecil Fikri sudah diajarkan untuk mandiri, tidak cengeng, dan selalu berusaha mencari rezeki dengan gigih,” kata Kusnadi sambil sesekali matanya menerawang untuk mengingat secara jelas kenangan masa kecilnya dulu
“Saya sering berfikiran kenapa si Fikri itu bisa selancar itu berbahasa Inggris dan bisa bercakap-cakap dengan para turis.
Lalu timbul keinginan dari saya untuk ikut belajar bahasa Inggris, agar saya juga bisa menjual barang dagangan saya pada turis asing, seperti yang dilakukan oleh Fikri.
Lalu kemudian sayapun belajar bahasa Inggris pada Fikri.
Untuk mempercepat ilmu bahasa Inggris tersebut, saya pun ngekost di rumah Fikri, agar saya mempunyai waktu yang banyak dalam menimba ilmu padanya,” beber Kusnadi lebih dalam
Tidak sampai di situ, Fikri tidak hanya mengajarkan ilmu bahasa Inggris saja, di sana Kusnadi juga diajarkan ilmu agama
“Meskipun kita hidup di terminal, tetapi ilmu agama tidak pernah kami lupakan. Karena ilmu itu bekal kita di kehidupan yang abadi kelak.” Itu pesan dari Fikri kepada saya, yang sampai saat ini alhamdulillah pesan tersebut masih saya ingat, ucap Kusnadi memuji sahabat kecil nya itu
Kusnadi mengatakan, banyak pelajaran serta pertolongan yang telah ia dapatkan dari Fikri
“Saya masih ingat, berkat pertolongan dan dukungannya saya pun melanjutkan sekolah saya di MTS Al-Hasanah yang sebelumnya pernah terhenti.” Kenang Kusnadi
Waktu pun berlalu kata Kusnadi melanjutkan ceritanya, meski kami masih berjualan di Terminal Palabuhanratu, tetapi kata Kusnadi, Fikri sudah mempunyai ide yang cemerlang pada usianya yang masih muda kala itu. Yaitu, dia mulai berani membuka kursus bahasa Inggris di rumahnya.
Dan berkat penyampaian materi oleh Fikri yang mudah dimengerti dan dipahami, sehingga banyak anak-anak yang belajar di tempat kursusnya tersebut.
Seiring bertambahnya usia, wawasan kami pun mulai berkembang.
Lalu saya sering diajak oleh Fikri pada hari sabtu untuk berkumpul dengan sesama pelajar anggota Serikat Pelajar Muslim Indonesia SPMI.
Di organisasi tersebut, mental kami mulai diasah untuk berbicara di depan umum. Dan saya juga diajarkan bagaimana cara menyampaikan materi dengan baik.
“Ketika Fikri memberikan materi di depan kelas saya sangat terkagum sekali dengan cara dia menyampaikan materi. Kata-katanya tersusun rapi, dan dia juga bisa memadupadankan istilah-istilah yang rumit menjadi sangat ringan dan gampang untuk kami mengerti,” kata Kusnadi memberikan sanjungan
“Singkat cerita, setelah tamat dari MTS saya pun melanjutkan sekolah ke SMA 1 Negeri 1 Palabuhanratu mengikuti jejak Fikri yang setahun lebih dulu masuk ke SMA Favorit tersebut,” jelas Kusnadi
Semenjak Fikri duduk di bangku kelas 2 SMA, karena kesibukannya mulai banyak dari menjadi sekretaris IRMA Ikatan Remaja Masjid Agung hingga ketua OSIS di sekolah, dia mulai meninggalkan dagangan di terminal. Lalu fokus untuk mengurus kursus bahasa Inggris yang telah dibangunnya
Setelah tamat SMA mereka kemudian berpisah, lantaran Fikri mulai memasuki masa kuliahnya d Universitas Diponegoro Semarang. Dan Kusnadi melanjutkan mengelola tempat kursus yang ditinggalkan Fikri
Selesai kuliah di Undip, Fikri mulai merambah dunia hukum sekaligus menjadi pengusaha
Tak butuh waktu lama, nama Fikri pun mulai dikenal secara luas oleh masyarakat Sukabumi khususnya Palabuhanratu.
Perjalanan hidup dari Fikri Abdul Aziz merupakan cermin dari sebuah ketekunan, keuletan, rajin disertai mental yang pantang menyerah disusul doa, semua cita-cita akan bisa tercapai.
Melalui sambungan telefon Fikri Abdul Aziz membenarkan apa yang telah disampaikan oleh sahabatnya tersebut.
“Iya, insyaallah semua yang disampaikan oleh Kusnadi itu adalah benar adanya. Prinsip saya adalah “Man jadda wajada” siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil. Kata-kata motivasi itulah yang menjadi dorongan bagi saya hingga menjadikan diri saya seperti saat ini,” jelas Fikri saat dikonfirmasi
Tapi yang jelas tambahnya, dekatkan diri kita pada Allah, maka semua yang lain pun akan mendekat pada kita.
“Dan saya sangat bersyukur pada Allah atas semua limpahan karunia yang telah Dia berikan untuk saya.” Tutup Fikri
Azhar Vilyan