HARIANSUKABUMI.COM – Pandawara Group, sebuah kelompok pemuda asal Kopo Bandung, membuat unggahan yang menjadi viral di platform media sosial TikTok. Unggahan tersebut membahas tentang masalah sampah yang melanda pesisir Loji, Kampung Cibutun, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan.
Namun, Pemerintah Desa (Pemdes) Sangrawayang memberikan respons negatif terhadap inisiatif bersih-bersih pantai yang diusulkan oleh Pandawara Group.
Kepala Desa Sangrawayang, Muhtar, menyatakan bahwa Pemdes tidak memberikan izin untuk aktivitas bersih-bersih sampah di wilayahnya.
Ia menganggap bahwa pemerintah setempat seolah-olah tidak dilibatkan dalam inisiasi ini. Muhtar juga menekankan bahwa aksi seperti ini harus melibatkan masyarakat setempat untuk mengambil peran aktif dalam membersihkan sampah.
Muhtar mengungkapkan bahwa Pandawara Group sempat datang ke kantor desa untuk membahas inisiatif bersih-bersih pantai. Namun, menurutnya, Pandawara hanya membawa kantong sampah dan meminta masyarakat terlibat dalam pengumpulan sampah.
Pemdes merasa bahwa pengelolaan sampah yang efektif memerlukan lebih dari sekadar membawa kantong sampah, seperti kendaraan pengangkut dan peralatan lainnya.
Pemdes Sangrawayang juga merasa bahwa aksi bersih-bersih pantai yang diusulkan oleh Pandawara Group telah merusak citra desa mereka. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini seolah-olah mencemari nama baik Desa Sangrawayang di mata publik.
Masalah sampah di pesisir Loji telah menjadi perhatian sebelumnya, dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengadakan berbagai upaya penanganan, termasuk event “Beach Clean-up Day.”
Namun, terdapat ketidaksetujuan antara Pandawara Group dan Pemdes Sangrawayang terkait cara terbaik untuk mengatasi masalah sampah ini.
Perlu dicatat bahwa dua unggahan Pandawara Group di TikTok telah memicu perdebatan. Mereka memberi gelar Pantai di Kampung Cibutun sebagai “Pantai Terkotor No 4 di Indonesia,” dengan menunjukkan kondisi pantai yang sangat tercemar oleh sampah.
Terkait masalah ini, ketidaksepakatan antara Pandawara Group dan Pemdes Sangrawayang tetap berlanjut, dengan pandangan berbeda tentang bagaimana mengatasi masalah sampah yang persisten di pesisir Loji.
Masalah ini menunjukkan kompleksitas penanganan sampah di wilayah pesisir, dan pentingnya kolaborasi antara pihak swasta, pemerintah setempat, dan masyarakat dalam mengatasi masalah ini. Tantangan ini tidak hanya berdampak pada citra suatu daerah tetapi juga pada lingkungan dan ekosistem laut yang rentan terhadap dampak sampah plastik dan polusi.
Editor : Aura Rahman