Hariansukabumi.com- Dengan Pemilu 2024 yang semakin dekat, tensi politik di Indonesia kian meningkat. Selain Pilpres, salah satu pertarungan terhangat terjadi di pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Kursi-kursi legislatif menjadi incaran para calon (caleg), baik bagi nama-nama lama maupun wajah-wajah baru.
Kejenuhan masyarakat terhadap para petahana menjadi angin segar bagi kubu pendatang baru. Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran serta kekecewaan terhadap kinerja mereka dalam menyuarakan aspirasi rakyat, membuka peluang bagi para caleg baru dengan visi-misi yang segar.
“Masyarakat menginginkan perubahan,” tegas beberapa pengamat. “Kekecewaan terhadap politisi lama yang hanya mengandalkan popularitas dan tidak becus bekerja membuka gerbang bagi para caleg baru yang memiliki gagasan konstruktif.
Namun, jalan menuju kursi DPR RI tak mudah bagi para pendatang baru. Para petahana, meski dibayangi kekhawatiran, masih memiliki mesin politik yang kuat dan basis massa yang loyal. Selain itu, membangun koalisi dan menarik perhatian media massa di tengah hiruk-pikuk politik nasional bisa menjadi tantangan tersendiri.
Sebetulnya nama-nama lama yang kini duduk di Senayan sangat sukar untuk dikalahkan dengan begitu saja. Mereka memiliki pengalaman, jaringan, dan modal yang kuat. Tapi kejenuhan masyarakat dapat menjadi variabel X yang bisa menjadi game-changer
Untuk di Dapil Jabar IV Kabupaten/ Kota Sukabumi sendiri saat ini diketahui ada 106 orang Caleg yang mengadu peruntungan untuk berebut kursi panas di Senayan termasuk di dalamnya Caleg petahana.
Dari beberapa nama baru terdapat beberapa nama yang berpotensi seperti Ayep Zaki dari partai Nasdem, Fikri Abdul Aziz Nasdem, Budi Irawan dari PPP, Satrio Dimas Adityo dari Gerindra , Hery Sarmanto PPP, Sarah Handayani dari Gelora, di PKB ada Zainul Munasichin dan Anwar Sadad, kemudian ada orang lama Iman Adinugraha dari Demokrat yang telah beberapa kali mencalonkan diri.
Para caleg baru ini memiliki latar belakang dan pengalaman yang beragam seperti pengusaha , profesional dan mantan anggota DPRD. Tentu saja mereka memiliki potensi untuk memenangkan pertarungan, terutama dengan memanfaatkan kekecewaan masyarakat terhadap kinerja para petahana. Serta bisa menikung petahana yang lengah dan berleha-leha serta menganggap dirinya akan bisa terpilih kembali secara mudah.
Kita mundur ke belakang pada pemilu 2019 silam. Saat itu Partai Gerindra mendominasi dengan perolehan 305.446 suara (21,03 persen), meraih satu kursi untuk DPR RI dengan Heri Gunawan sebagai Caleg peraih suara terbanyak, yakni 113.464 suara
Disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 220.175 suara (15,16 persen), yang kembali mengantarkan drh. Slamet untuk duduk di kursi wakil rakyat di Senayan dengan perolehan dukungan terbanyak 50.488. suara.
Selanjutnya ada Partai Golkar yang meraih dukungan terbanyak ke tiga, dengan 182.647 suara (12,57 persen).
Kemudian di urutan ke empat, ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapat 176.487 suara (12,15 persen). Artis cantik kelahiran Sukabumi, Desy Ratnasari kembali menjadi anggota DPR RI dengan perolehan suara terbanyak di PAN yaitu 86.440
Satu nama petahana lain yang masih bertahan adalah Ribka Tjiptaning Proletariyati dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada pemilu 2019 PDIP berhasil meraup dukungan 128.837 (8,87 persen) suara.
Ribka berhasil meraup suara dari warga Kota dan Kabupaten Sukabumi dengan 42.125 suara.
Kemudian yang paling buncit partai yang pernah merajai perpolitikan tanah air pada tahun 2009 yaitu Demokrat. Periode 2019-2024. Partai Demokrat memperoleh 111.445 (7,67 persen) suara dan mengantarkan mantan Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz sebagai anggota DPR RI.
Melihat perolehan suara pada tahun 2019 lalu hampir dapat dipastikan 3 Partai teratas akan kembali menempatkan satu kadernya untuk menduduki kursi di Senayan, bahkan bagi Gerindra meskipun tergolong sulit akan berpeluang untuk menempatkan 2 wakilnya sekaligus di parlemen.
Diprediksi Heri Gunawan yang memperoleh suara terbanyak pada 2019 akan melenggang kangkung ke Senayan, apabila di partainya tidak ada kandidat yang sangat berpotensi menandingi dirinya. Namun saat ini di daftar Caleg Dapil Jabar IV ada bercokol nama Satrio Dimas Adityo. Satrio Dimas Adityo akan menjadi ancaman tersendiri bagi Heri Gunawan dan berpeluang menggusurnya dari kursi legislatif pusat tersebut
Satrio Dimas sendiri saat ini sangat aktif di lapangan, bahkan beberapa Caleg DPRD sudah menjadi tendem baginya. Seperti diketahui Caleg DPRD memiliki hubungan yang kuat dengan komunitas lokal dan dapat membantu calon DPR RI untuk mendapatkan dukungan dari pemilih yang mungkin tidak mengenal calon tersebut sebelumnya.
Apalagi bagi Satrio Dimas yang menurut informasi adalah keponakan Calon Presiden RI Prabowo Subianto tersebut, ditaksir pendanaan keuangan juga bukan masalah yang besar baginya.
Berbicara dukungan masyarakat untuk Dimas juga tidak sedikit. Belum lama ini ribuan buruh PT Pratama Abadi Industri dan PT Glostar Indonesia (GSI) Sukabumi melakukan deklarasi mendukung pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran serta dukungan khusu bagi Satrio Dimas Adityo sebagai Caleg DPR RI. Ditambah pamflet yang bertebaran di seluruh wilayah sukabumi
Apalagi untuk Dapil III Dimas Satrio berkolaborasi dengan pemilik suara terbanyak di DPRD kabupaten Sukabumi, yaitu Hera Iskandar. Sementara untuk Dapil VI, Dimas juga telah melakukan kolaborasi dengan Taopik Guntur yang diyakini akan memiliki suara terbesar di wilayah Pajampangan begitu juga untuk di daerah pemilihan yang lainnya.
Untuk DPR RI, sistem penghitungan suara yang menggunakan metode Sainte-Lague menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mendudukkan 2 caleg menjadi Anggota DPR RI. Karena kuota kursinya sedikit, ditambah perolehan suara partai juga terbilang merata.
Akibat faktor-faktor tersebut, jarak suara antar partai politik menjadi sangat menentukan. Jika jarak suara antar partai politik kecil, maka peluang setiap partai politik untuk mendapatkan kursi menjadi semakin besar. Hal ini yang menyebabkan kesulitan bagi dua orang caleg untuk terpilih menjadi Anggota DPR RI di Dapil Kabupaten/Kota Sukabumi
Maka saat ini hal yang paling krusial bagi partai Gerindra adalah akan terjadinya persaingan sesama anggota partai. Ini akan menjadi persaingan yang ketat dan sengit. Karena 2 kandidat yang disebutkan di atas sama-sama memiliki keunggulan yang sangat potensial. Jalan satu-satunya mengatasi hal tersebut adalah dengan meningkatkan perolehan suara. Jika perolehan suara Gerindra lebih dari 350 ribu suara, maka kesempatan untuk meraih 2 kursi akan tercapai.
Lalu pertanyaannya akankah Pemilu 2024 menjadi momentum pergeseran kursi di DPR RI.? Jawabannya tentu ada di tangan pemilih. Namun ada beberapa faktor lain yang bisa dimanfaatkan bagi Caleg baru, seperti memanfaatkan kekecewaan masyarakat terhadap petahana, kemudian mengefektifkan semua platform yang ada, baik di online ataupun secara offline untuk menyasar seluruh lapisan masyarakat. Sehingga bisa menggeser salah satu dari 6 petahana yang ada.
Diperkirakan, salah satu dari 6 anggota DPR RI dari dapil ini akan terjungkal dari posisinya. Terlihat ada 2 partai yang berpotensi tersingkirkan, yaitu Demokrat, dan PDI-P. Namun melihat aktivitas Ribka Tjiptaning bersama konstituennya yang selalu dekat, diperkirakan akan mampu meningkatkan intensitas dan efektivitas kampanyenya,maka peluangnya untuk mempertahankan kursi cukup besar.
Maka, secara hitung-hitungan M.Muraz lah yang sangat lemah posisinya, dan kemungkinan besar ia akan tersingkir pada Pileg mendatang, meskipun disebut-sebut masuknya Iman Adinugraha bakal mendongkrak perolehan suara Demokrat di Sukabumi. Hampir sama dengan Partai Gerindra, 2 kandidat ini memiliki peluang yang sama besar. Jika Demokrat masih bisa bertahan dengan perolehan suara yang diraihnya, maka persoalannya akan hampir sama dengan yang terjadi di partai Gerindra, Iman Adinugraha berpeluang untuk menggeser H. Muraz. Perbedaannya hanyalah Gerindra dimungkinkan untuk mendudukan 2 wakilnya, sedangkan untuk Demokrat dapat dipastikan hanya 1 kandidat saja.
Jika prediksi itu benar, lantas dari partai Manakah yang akan menggantikan posisi M. Muraz tersebut?
Seyogyanya PPP lah yang harus menangkap peluang besar tersebut, karena selain mempunyai basis massa yang kuat, PPP pernah juga menduduki kursi di DPR RI Dapil IV Jabar melalui Hj. Reni Marlinawati pada periode 2014-2019. Pengalaman ini dapat menjadi modal penting bagi PPP untuk kembali meraih kembali kursi tersebut.
Tetapi melihat pergerakan dari PPP selama ini terkesan ogah-ogahan, karena hanya bertumpu dan terkonsentrasi pada basis massa yang ada di Sukabumi Utara, sedangkan untuk Sukabumi Selatan kurang begitu tergarap dengan rapi.
Begitupun untuk paltform media sosial kurang begitu menggaung. Meskipun figur Budi Irawan dan Hery Sarmanto dikatakan telah cukup dikenal, namun bagi masyarakat, kenal saja tidak cukup, tanpa kehadiran langsung berinteraksi dengan mereka. Jadi kemungkinan PPP untuk mengambil kursi tersebut terbilang kecil.
Lalu yang kedua datang dari partai PKB yaitu Zainul Munasichin, yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Kemendes. Pengalamannya berpolitik juga sudah sejak lama dan pernah juga menjadi Caleg DPR RI Dapil Jawa Timur V. Akan tetapi minimnya ‘amunisi’ dari seorang penulis dan juga bekas reporter radio ini diperkirakan akan menghambat pergerakannya dan ia juga diprediksi tidak akan berhasil meraih kursi tersebut.
Selanjutnya ada Dr. Sarah Handayani dari partai Gelora.
Meskipun terbilang partai baru, tetapi pergerakan mesin partai yang dinakhodai Anis Matta dan Fahri Hamzah ini cukup berjalan dengan mulus, pergerakannya hampir sama dengan partai PKS. Dan disinyalir besar kemungkinan suara dari PKS juga akan terimbas oleh kehadiran Partai bertagline Super Power Baru tersebut.
Hal ini terlihat dari beberapa indikator, seperti: Organisasi partai yang telah terbentuk secara terstruktur di tingkat nasional dan daerah. Kemudian kegiatan kader yang aktif disertai kemampuan mereka untuk menarik perhatian publik lewat cara dakwah dan pengajian. Di sosial media pun Partai Gelora ini pergerakannya cukup masif.
Tetapi itu saja tentu belum cukup, karena partai ini belum teruji, dan kemungkinan bagi partai ini untuk bersaing memperebutkan kursi di DPR RI sangat berat. Hal itu dimungkinkan bisa terjadi di Pileg 2029 mendatang.
Lantas bagaimana dengan Partai Nasdem?
Meskipun terbilang partai menengah dan hanya berhasil menempatkan 1 wakilnya di DPRD kabupaten Sukabumi, namun, pergerakan Partai Nasdem di Dapil Kokab Sukabumi pada Pemilu 2024 menunjukkan progres yang cukup bagus dibawah kepemimpinan H.Ucok Haris Maulana.
Apalagi Nasdem adalah partai yang pertama kali mengusung Anies sebagai Capres. Hal itu secara tidak langsung akan mendongkrak suara Nasdem secara nasional . Untuk Nasdem ada dua nama Caleg DPR RI yang patut diperhitungkan yaitu Ayep Zaki dan Fikri Abdul Aziz. Tetapi di antara dua orang tersebut Ayep Zaki lah yang mempunyai kans terbesar.
Ayep Zaki memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya berpotensi menjadi kuda hitam pada Pileg 2024. Yaitu aktif di lapangan: Ayep Zaki aktif turun ke lapangan dan menyapa masyarakat secara langsung. Dan itu sangat sering ia lakukan
Lalu kemudian ia mempunyai basis dukungan tersendiri dari dunia pendidikan dan UMKM.
Dan yang paling penting, sebagai seorang pengusaha yang sudah sejak lama malang- melintang, ia dipastikan memiliki modal keuangan yang cukup kuat.
Maka kesempatan bagi Ayep Zaki untuk merebut kursi di DPR RI bisa dikatakan besar. Dan dapat dikatakan pula Ayep Zaki adalah kuda hitamnya pada Pileg mendatang.
Azhar Vilyan