Hariansukabumi.com- Pilkada selalu menjadi panggung menarik bagi para “pemain proyek” yang sibuk berebut kue di balik layar. Tak heran, ketika kandidat maju sebagai calon, banyak tim sukses bermunculan bak cendawan di musim hujan. Tapi, yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apa yang sebenarnya menggerakkan atau melatarbelakangi mereka untuk menjadi bagian dari salah satu tim pemenangan tersebut? Jawabannya sederhana: cuan.
Mereka adalah para “pemain proyek” yang sudah siap dengan kalkulator dan perencanaan matang, yang akan menghitung berapa rupiah yang bisa mereka raup dari proyek jalan, jembatan, atau gedung-gedung perkantoran.
Dan begitulah adanya, ternyata Pilkada bagi sebagian orang hanyalah ajang untuk mengamankan “jatah” proyek infrastruktur yang menggiurkan.
Dan tentu saja, kita sebagai masyarakat berharap jangan sampai Pilkada itu berubah menjadi “bazaar proyek berkedok demokrasi”. Karena masyarakat memilih pemimpin itu berharap agar kehidupan mereka semakin sejahtera. Anggaran-anggaran yang ada di pemerintahan bisa digunakan untuk pembangunan yang nyata, bukan sekadar janji-janji manis yang berujung pada pembagian kue proyek bagi segelintir orang saja. Tapi ya itu tadi, harapan-harapan masyarakat hanyalah sebatas harapan yang mengawang, yang mustahil untuk direalisasikan.
Tulisan ini terinspirasi dari cerita teman yang mengisahkan tentang rapat kecil antara beberapa tim sukses dengan calon yang menang di suatu gedung pemerintahan pada siang kemarin. Rapat yang seharusnya membahas langkah strategis untuk memajukan daerah, justru lebih banyak membahas “pembagian tugas” dalam menggarap proyek-proyek infrastruktur.
Mungkin inilah ironi pilkada: di balik jargon-jargon indah yang meninabobokan ternyata banyak kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok yang justru lebih dominan.
Lalu, di mana suara kita, suara rakyat yang seharusnya menjadi prioritas utama? Atau, jangan-jangan, rakyat hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang jauh dari kata “kesejahteraan”?
Azhar Vilyan
Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina
Proyek itu manis yang pahit itu pas ditangkap KPK atau Kejaksaan ,, jadilah Pengusaha yang Amanah pasti Manis Terus ,, Lanjutkan perjuangan …..