Hariansukabumi.com- Sebelum berstatus kota, sebelumnya Sukabumi hanyalah dusun kecil bernama “Goenoeng Parang” (sekarang Kelurahan Gunungparang) lalu berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole atau Parungseah.
Lalu pada 1 April 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur (administrasi sipil) dengan status Gemeente (Kotapraja) dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Selanjutnya pada 1 Mei 1926, Mr. G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester/Walikota pertama Kota Sukabumi.
Pada masa inilah sosok R. Syamsuddin lahir dan tumbuh besar
Tepatnya Raden Syamsuddin lahir pada tanggal 1 Januari tahun 1908 di Kaum daerah yang sekarang berada dekat dengan lokasi Mesjid Agung Kota Sukabumi
Tahun 1915 Syamsuddin kecil bersekolah di Sekolah Agama kemudian melanjutkan ke sekolah di
Europesche Lagere School hingga tingkat lanjutan atas di Sukabumi.
Selanjutnya Ia mulai pindah ke Bandung pada tahun 1929 untuk meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Algemenee Middelbare School, Bandung.
Demi menghimpun ilmu yang lebih banyak R. Syamsudin pun terbang ke Belanda dan menjadi mahsiswa di Universitas Leiden seperti kebanyakan mahasiswa dari golongan atas waktu itu.
Dan pada tahun 1935 R. Syamsudin menamatkan kuliahnya dengan predikat Cum Laude di Universitas Leiden
Setelah pulang dari Belanda
1937,R.Syamsuddin memulai sebagai kariernya sebagai tenaga sukarela/Volientair, Algemeene Secretaris, Bogor.
Setahun setelah itu Ia masuk ke Departemen Urusan Ekonomi di Jakarta sebagai Comerse Redaktur
Karir R. Syamsuddin menanjak cepat pada tahun 1940 Ia dilantik menjadi
Loco Burgemeester (Wakil Wali kota), Bogor.
Menjelang kedatangan tentara Jepang ke Indonesia pada tanggal 20 Januari 1941 R. Syamsuddin menjadi Anggota Volksraad mengganti M.H. Thamrin.
Lalu 2 tahun setelah ditunjuk menggantikan M H.Thamrin tanggal 1 Mei 1943, setelah tentara Jepang datang di Tanah Air Ia menjadi Wakil Ketua Kantor Besar Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidosho Tyuoo Honbu Zityo) di Jakarta.
Pada tahun 1943 ini R.Syamsudin banyak mendududuki beberapa kursi penting seperti menjadi Kepala Bagian Keselamatan di Kantor Besar Putera, Anggota Cuo Sangi In oleh Saiko Sikikan di Jakarta.
Kemudian berlanjut pada tanggal 1 Maret 1944, Ia diangkat Kaigikatyo dari Kantor Besar Jawa Hookookai.
Dan di penghujung tahun 1944 R.Syamsuddin kembali ke Sukabumi dan ditunjuk menjadi Walikota tepatnya pada tanggal 2 November 1944
Setelah kekalahan Jepang pada perang dunia ke 2 yang diikuti dengan kemerdekaan RI pada tanggal 1 Oktober 1945, Tanggal 1 oktober 1945 dikukuhkan menjadi Walikota Sukabumi oleh BKR Sukabumi pimpinan K.H. Acun Basyuni dan KNID Kota Praja Sukabumi yang diketuai oleh dr. Abu Hanifah.
Dan ia resmi menjadi Wali kota Sukabumi hingga tahun 1946
Sesudah menjadi Walikota Sukabumi R. Syamsudin hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1947 beserta pejabat pemerintah RI lainnya sebagai konsekwensi dari perjanjian Renville antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda
Namun nasib baik selalu menyertainya di tahun itu pula, Ia menduduki posisi yang lebih tinggi dengan memangku jabatan sebagai
Wakil Perdana Menteri 1 mewakili Masyumi (pada Kabinet Amir Sjarifuddin II).
Tanggal 23 Januari 1950 hingga tanggal 15 Oktober 1950 (sampai dengan meninggal dunia), pada Era Kabinet Perdana Menteri Muhammad Natsir jilid 2, ia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa berkuasa penuh pada Pemerintah Republik Pakistan
Diusianya yang masih muda R. Syamsuddin (42 tahun) ia pun menghadap pada yang Maha Kuasa.
Jenazahnya di shalatkan di Masjid Agung Sukabumi dan dikebumikan di pemakaman umum Ciandam Sukabumi
Untuk mengenang jasa-jasanya Pemerintah Kota Sukabumi mengabadikan namanya pada nama Rumah Sakit Daerah Presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno menyarankan namanya diabadikan menjadi sebuah nama jalan di depan Sekretariat Daerah Kota Sukabumi
Azhar Vilyan
Dari berbagai sumber