Hariansukabumi.com- Tepat hari ini 41 tahun yang lalu Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II tenggelam di sekitar Kepulauan Masalembo di Laut Jawa pada tanggal 27 Januari 1981
Kapal usang yang dipaksa berlayar membelah samudera tersebut dinakhodai oleh Kapten Abdul Rivai yang bertolak dari Dermaga Tanjung Priok hari Sabtu, 24 Januari 1981 pada Pukul 19.00 WIB dengan tujuan Ujungpandang, Sulawesi.
Pada saat itu kapal yang semula bernama MV Great Emerald produksi tahun 1956 oleh Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki Jepang itu menurut data Manifest Kapal tengah membawa sebanyak 1055 Penumpang serta 82 Awak Kapal. Termasuk di dalamnya terdapat lebih kurang 191 Mobil dan 200 Motor
Pada awalnya semua berlangsung seperti biasa. Namun, pada 25 Januari Malam, sekitar Pukul 20.00 WITA, dalam kondisi badai laut yang hebat, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok yang berasal dari ventilasi menyebabkan percikan api.
Kurangnya kesiapan awak kapal Api semakin menjalar ke kompartemen daj makin membesar, membakar apa saja yang ada di sana. Kemudian usaha pemadaman pun dihentikan karena dirasa mustahil untuk mematikan api yang sudah sedemikian besar, apalagi api sudah mulai membakar kendaraan bermotor yang masih menyimpan bahan bakar di tangkinya masing-masing.
30 menit setelah api muncul, para penumpang diperintahkan menuju dek atas dan langsung menaiki sekoci. Namun hal ini berlangsung lambat, karena hanya ada 1 pintu menuju dek atas. Begitu berada di dek atas, para ABK dan Mualim Kapal tidak ada yang memberitahu arah dan lokasi sekoci. Beberapa ABK malah dengan egois menurunkan sekoci bagi dirinya sendiri. Dari 6 sekoci yang ada, masing-masing hanya berkapasitas 50 orang. Banyak korban tewas terpanggang hidup-hidup di atas kapal. Dan yang luput dari terbakar saling berebut kayu sebagai alas pijakan untuk lantai yang semakin panas, dan yang lain nekat terjun ke dalam laut yang ketika itu ombaknya tengah ganas-ganasnya.
Beberapa sumber berbeda pendapat tentang jumlah korban jiwa. Ada yang menyebutkan korban jiwa mencapai 431 jiwa. Sumber lain menyebutkan angka korban jauh di atas itu, karena menurut sumber tersebut jumlah keseluruhan penumpang tidak semuanya terdaftar, diduga banyak penumpang gelap yang turut serta di kapal tersebut. Sumber itu memperkirakan sekitar 666 jiwa kehilangan nyawa pada hari naas tersebut.
Namun diperkirakan keseluruhan penumpang berjumlah 1442 orang, termasuk sejumlah penumpang gelap. Sebuah sumber menyebutkan angka taksiran jumlah penumpang gelap sekitar 300 orang. Tim penyelamat memperkirakan 431 orang tewas (143 mayat ditemukan dan 288 orang hilang bersama kapal), sementara 753 orang berhasil diselamatkan. Sumber lain menyebutkan angka korban yang jauh lebih besar, hingga 666 orang tewas.
Setelah diguyur hujan deras pada malamnya, badan kapal yang dibeli lewat “Jalur Culas” seperti lagu Iwan Fals yang berjudul
Celoteh Sang Camar itu sudah mulai miring, secara perlahan kapal pun mulai karam. Akhirnya pada siang hari tanggal 27 Januari 1981 Pukul 12.45 WIB atau Pukul 13.45 WITA (sekitar 30 jam setelah percikan api pertama), KMP Tampomas II tenggelam ke dasar Laut Jawa untuk selamanya, bersama 288 korban tewas di Dek Bawah, termasuk sang nakhoda kapten Ahmad Rivai yang secara heroik bertahan hingga detik terakhir, setelah sebelumnya ia memberikan jaket pelampung yang ia pakai pada seorang penumpang yang tidak kebagian.
Menjelang kematiannya ia sempat mengirimkan pesan kepada nakhoda KM Sangihe “Tolong kirimi saya air dan makanan, karena saya akan tetap berada di kapal sampai detik terakhir”
KISAH PEMBELIAN KAPAL YANG PENUH MISTERI
Banyak pihak heran akan pembelian kapal tua oleh PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) dari Pihak Jepang, Comodo Marine Co. SA tersebut.
Mengingat kapal yang namanya diambil
dari sebuah gunung berapi yang terletak di sebelah utara kota Sumedang Jawa Barat itu pernah ditawarkan oleh pihak jepang ke perusahaan pelayaran swasta lain hanya senilai US$ 3.6 Juta saja. Wajar saja banyak pihak yang mengira pembelian kapal usang tersebut penuh dengan tipu muslihat
Padahal sebelumnya pihak Jepang sendiri telah menyatakan kapal ini afkir, karena pada saat itu usia kapal telah mencapai 25 tahun
BERBAGAI KEJANGGALAN KAPAL TAMPOMAS II
Pada pelayaran perdana, yang diikuti oleh beberapa anggota DPR, mereka sempat menyaksikan sendiri dan turut pula mempertanyakan perihal mesin yang sering mengalami kerusakan selama perjalanan. Anggota DPR RI Ahmad Soebagyo menyebutkan berbagai kejanggalan selama perjalanan, diantaranya kapal yang berputar-putar dalam radius yang sama dikarenakan rusaknya salah satu Knop Otomatis pengatur mesin kapal, dan dibatalkannya Acara Show Kapal karena matinya aliran listrik dalam waktu yang lama. Malah menurut seorang wartawan yang ikut pada pelayaran perdana itu menyebutkan enam kali mesin kapal rusak selama dalam perjalanan. Disebutkan pula mesin kapal jarang dilakukan perbaikan, karena waktu rehat kapal hanya sekitar 4 jam saja, setelah itu kapal dipaksa untuk berlayar kembali
Pihak pemerintah ketika itu yang diwakili Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dalam penjelasannya mengatakan tidak terjadi hal yang abnormal di ruang mesin. Malahan ia menyebutkan kelainan terjadi pada ruang geladak kendaraan, khususnya pada kendaraan roda dua yang terletak di sebelah belakang.
Karena menurutnya kebakaran terjadi akibat guncangan gelombang laut yang cukup kuat hingga timbul percikan api dan menyebar.
Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Bob Rusli Efendi Nasution sebagai kepala Tim Perkara juga tidak memberikan hasil yang berarti.
Parahnya kesalahan akibat kebakaran itu ditudingkan kepada awak kapal.
Banyak pihak yang berprasangka ada kesan bahwa kasus ini dengan sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah saat itu. Entah tujuannya apa. Yang jelas hal tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi benak warga Indonesia
Azhar Vilyan
Dari berbagai sumber