Hariansukabumi.com- Partai PDI-P resmi mengumumkan nama calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang. Nama Ganjar Pranowo disebutkan sebagai kandidat yang akan berkompetisi di ajang lima tahunan itu seperti yang diumumkan oleh Ketua Umum Partai PDI-P pada hari Jumat (21/4) di Istana Batutulis Bogor.
Langkah itu tentunya akan menentukan arah politik secara nasional pada Pilpres mendatang. Namun ada hal yang menarik yang disampaikan Megawati tepat sehari sebelum idul Fitri tersebut. Dan tentunya ini menjadi perhatian publik. Yaitu ketika Megawati menegaskan bahwasanya Ganjar Pranowo hanyalah sebagai petugas dari partai. Yang saat ini penugasannya ditingkatkan dari Gubernur Jawa Tengah untuk menjadi Calon Presiden pada level yang lebih tinggi.
Meskipun pernyataan serupa pernah juga ia lontarkan dahulu, tatkala Joko Widodo sesaat telah dilantik menjadi presiden. Namun saat itu pernyataan itu tidak sedemikan terang dan jelas, lalu banyak pula dari sebagian politisi (tentunya politisi pendukung Jokowi) yang menafikan apa yang telah disampaikan oleh Megawati tersebut, mungkin demi terjaganya wibawa dan harga diri seorang presiden di mata masyarakat
Tetapi apalah daya, suara-suara yang kebanyakan datang dari Buzzer untuk menutupi ‘aib’ tersebut, ternyata kini dibuka dan dinyatakan oleh Ketua Umum PDI-P sendiri kepada khalayak luas dan bahkan disiarkan secara langsung oleh beberapa Tv nasional. Sehingga masyarakat bisa melihat dengan terang dan lebih jelas, bahwa potret buram dan remang-remang seorang calon presiden dengan bingkai kusam tersebut, ternyata memang hanyalah seorang petugas partai dari PDI-P. Setelah diterangi oleh lisan Megawati yang memercikan api.
Dalam hal ini, pernyataan tegas Megawati terhadap Ganjar Pranowo yang dianggap sebagai petugas partai, dapat menimbulkan keraguan masyarakat terhadap partai berlambang banteng dengan moncong putih beserta calon presiden yang diusung oleh partai tersebut. Dan sebagai imbasnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap calon presiden tersebut dapat menurun, yang dapat berdampak negatif pada hasil pemilihan presiden mendatang
Wajar bila masyarakat nantinya menilai bahwa Ganjar, meskipun telah menjadi presiden sekalipun tetap akan dalam bayang-bayang kekuasaan Megawati.
Publik bisa merasakan, secara tersirat, jelas sekali pernyataan Megawati itu adalah sebuah bentuk kekuasaan mutlak PDI-P (Megawati) terhadap petugas partai yang bernama Ganjar Pranowo
Di sisi lain secara psikologis akibat adanya pernyataan tersebut sedikit banyaknya tentu akan membuat kepercayaan diri seorang Ganjar akan terganggu. Karena di satu sisi ia tidak bisa membantah apa yang telah diucapkan Megawati tersebut. Sedangkan di satu sisi yang berbeda dia juga harus meyakinkan dan membuktikan pada masyarakat bahwa ia bisa terlepas dari merek dagang petugas partai yang dilekatkan Megawati padanya itu. Sangat Kontradiksi sekali bukan.? Ibaratkan, Ganjar saat ini disuruh untuk berbelok ke kanan, namun sekaligus diperintah untuk berbelok ke kiri. Pusing ga tuh.
Apa yang diucapkan oleh Megawati tentang petugas partai pada Ganjar itu menyiratkan sebuah bentuk ungkapan rasa takabur dan rasa tinggi hati dari seorang ketua umum partai yang menjadi pemenang Pemilu, terhadap khalayak ramai.
” Ini loh saya, yang berkuasa penuh atas calon presiden yang saya usung. Jangan macam-macam dengan saya, meski dia telah menjadi presiden sekalipun, karena bagiku dia tidak lain hanyalah seorang petugas partai, titik.” Seakan-akan begitulah, bila dijabarkan atas apa yang disampaikan oleh Megawati itu
Untuk memastikan, mari kita simak kembali ucapan Megawati terhadap pencalonan Ganjar di Istana Batutulis Bogor itu
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, menetapkan saudara Ganjar Pranowo yang sekarang Gubernur Jawa Tengah, sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai capres dari PDIP,” begitu kata Mega didampingi oleh Puan Maharani dan Presiden Joko Widodo
Setelah disimak, bahwa apa yang disampaikan oleh mantan presiden RI kelima tersebut selain dari penggambaran kekuasaan ia atas petugas partai yang bernama Ganjar, terdapat pula ungkapan seperti sebuah promosi terhadap seorang karyawan oleh pimpinan perusahaan. Bukankah begitu?
Namun Dia lupa ((karena faktor umur barangkali) bahwa yang akan dipimpin oleh Ganjar bila terpilih nanti bukanlah sebuah perusahaan, melainkan sebuah negara besar yang bernama Indonesia yang tanggung jawabnya bukan hanya dilaporkan kepada ketua partai saja, tetapi kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dan hampir dapat dipastikan, negara tidak maju dan takkan berhasil untuk mencapai tujuan dasar bernegara, seperti melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum atau mencerdaskan kehidupan bangsa, bila dipimpin oleh orang-orang yang akan mendahulukan kepentingan golongan maupun partainya sendiri Tambah rusak negeri ini!
Berapa banyak negara yang nasibnya tidak karu-karuan, karena dipimpin oleh orang yang tidak tepat, yang hanya mementingkan golongan dan partainya saja. Yang ujung-ujungnya berakhir dengan perang kemudian hancur lebur. Semua itu berawal dari banyaknya ketidakpuasan yang dirasakan masyarakat atas kepemimpinan yang mementingkan diri dan golongan tertentu
Menurut hemat saya, dengan kata lain saat ini Ganjar Pranowo telah dipasung dengan simpul ikatan mati dari Megawati. Ganjar tidak akan bisa bergerak, walaupun dia berniat untuk membenahi negeri ini. Karena bila dia terlalu banyak bergerak tanpa persetujuan Ketum PDI-P maka lehernya bisa akan tercekik oleh simpul mati yang dikendalikan anak dari Putra Sang Fajar itu
Begitulah kira-kira yang bisa saya analogikan terhadap Ganjar Pranowo yang bergabung dengan sebuah ‘perusahaan‘ yang bernama PDI-P itu
Lalu kemudian untuk menilai seperti apa sebetulnya PDI-P? Saya pikir, kita tidak perlu menjadi seorang pengamat politik handal untuk membaca bahwa PDI-P itu sebetulnya adalah Megawati, dan Megawati adalah PDI-P itu sendiri.
Itu teraktualisasi dengan jelas.
Rentang sejarah dan kilas balik PDI hingga bermetamorfosa menjadi PDI-P, memang tidak bisa dilepaskan dari sosok dirinya. Berkat andilnya, tentu dengan melalui perjuangan yang berat di era Orde Baru, partai yang identik dengan Wong Cilik itu masih tetap berdiri.
Dan sememangnya pula, kita tidak dapat pula memungkiri, bahwa Megawati adalah sosok perempuan yang kuat dan bermental baja. Ia telah membesarkan PDI-P dari bayi hingga besar seperti saat ini, dengan pesona alami yang dia miliki, disertai dengan nama besar bapaknya yang seorang proklamator kemerdekaan dan segudang prestasi yang ia miliki di tengah sulitnya berdemokrasi di masa Orba tersebut.
Terang sekali, itu adalah poin plus bagi Megawati.
Dan lantas kemudian bila banyak yang berfikir dan mengatakan bahwa PDI-P itu rohnya adalah Megawati, ya memang sangat benar sekali dan begitu adanya. Karena menurut beberapa prediksi, bila Megawati tidak ada, maka partai tersebut akan segera menjadi kerdil kembali dengan waktu yang tidak lama.
Selanjutnya kita bisa tambahkan pujian terhadap seorang perempuan bernama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri itu dengan kesabaran, ketangguhan, keberanian dan kepiawaiannya di politik. Karena semua penyematan pujian itu telah ia buktikan, bahkan sebelum ia benar -benar paham akan politik.
Akan tetapi seperti kata orang bijak ” bila seseorang terlalu lama memegang kekuasaan, nantinya akan menimbulkan otoritarianisme.” Yang akhirnya akan bertindak, bersikap,dan mengoceh semau gue
Dan sepertinya itu telah menghinggapi Megawati, omongan atau pernyataannya semakin hari semakin nyeleneh. Dan dinilai banyak orang itu adalah sangat ngawur.
Kita bisa ambil dengan salasatu contoh, yaitu saat masyarakat krisis minyak goreng beberapa waktu belakang.
Megawati justru mempertanyakan para ibu-ibu yang terlalu banyak menggoreng. Lalu ada lagi pernyataan terhadap provinsi Sumbar, yang katanya beda, dan tak mau menerima PDI-P.
Dan yang masih hangat, yaitu terkait ibu-ibu yang sering pergi pengajian. Meski telah ia klarifikasi tetapi itu menimbulkan memori buruk bagi masyarakat.
Nah, yang lebih menariknya lagi, meski dia bukan seorang ratu, tetapi kata-katanya bagaikan sabda seorang ratu, ucapannya adalah sabda yang harus dijalankan oleh banyak orang (yang tentunya para petugas partai lah)
Lalu kita harus juga untuk melihat bagaimana sesungguhnya gambaran kekuasaan maupun otoritas Megawati atas PDI-P. Dan gambaran itu dapat kita saksikan dan sangat ter-visualisasi secara jelas, lewat kata-kata dari Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto (Bambang Pacul) dari partai PDI-P saat rapat kerja antara Komisi III DPR dan Menko Polhukam Mahfud MD pada bulan Maret lalu.
Yang mana pada kesempatan itu ketika Bambang Pacul dimintai oleh Mahfud MD untuk mendukung disahkannya UU Perampasan Aset. Menjawab itu, Bambang mengatakan, “sebenarnya untuk anggota-anggota DPR RI mudah memutuskan itu.”
Tapi ia menekankan, lobi atas UU Perampasan Aset tidak bisa dilakukan di DPR RI karena anggota-anggota DPR patuh terhadap ketua-ketua umum partai mereka masing-masing
“Republik di sini ini gampang Pak Senayan ini, lobinya jangan di sini Pak, ini korea-korea ini nurut bosnya masing masing, di sini boleh ngomong galak Pak, Bambang Pacul ditelepon Ibu (Megawati), ‘Pacul berhenti’, ya siap, laksanakan” begitulah dialog imajiner yang ia sampaikan terhadap permintaan Mahfud MD itu
Lewat gambaran yang disampaikan Bambang Pacul kita bisa rasakan bagaimana berpengaruh dan berkuasanya seorang ketua umum partai, dalam hal ini Ketum PDI-P.
Hanya dengan sepatah kalimat, apa yang sudah direncanakan, dirancang disusun dan dirapatkan, akan mentah kembali, bila tidak ada restu dari Ketum.
“Pacul,,Berhenti.” Siap Bu, laksanakan!
Sangat keren dan berkelas bukan ? hanya dengan satu kalimat semua menjadi terhenti.
Kita kembali lagi dalam soal pencalonan Ganjar sebagai Capres.
Mari kita coba untuk berandai-andai saja. Apabila Ganjar ternyata memang ditakdirkan untuk menang. Lalu dapatkah kita membayangkan apabila nanti di suatu waktu negara kita dalam keadaan genting?
Tetapi sebelum menuju ke sana ada baiknya kita perjelas dulu apa itu presiden dan apa saja kekuasaannya
Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, presiden itu adalah antara lain pemegang kekuasaan eksekutif, kepala negara dan kepala pemerintahan yang sekaligus sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Dan presiden juga berhak menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
Nah, setelah kita ketahui kekuasaan dan wewenang yang telah diberikan negara terhadap presiden, lalu kita bisa bahas kembali apa yang kita andaikan tadi, yaitu bila negara dalam keadaan posisi darurat. Diserang musuh misalnya.
Kira-kira apa sikap yang diambil presiden yang notabenenya adalah seorang petugas partai? Apa mungkin akan terjadi seperti dialog imajiner seperti di bawah ini?
“Lapor Presiden, musuh terlihat tengah akan memasuki dan akan menyerang wilayah kita,” seorang jendral melaporkan situasi terkini tentang keadaan keamanan negara kepada presiden.
“Oh begitu.?”
Siap, iya Presiden
“Tunggu sebentar, saya akan menelpon Ketum dulu.”
Apa mungkin seperti itu dulu kejadiannya,? atau mungkin bisa lebih buruk lagi.?” Jawabannya tentu bisa saja seperti itu, dan juga bisa terjadi dengan yang lebih buruk lagi.
Tentu beda cerita, bila seorang presiden itu pengendali penuh atas semua wewenang dan tanggungjawabnya yang diamanatkan negara padanya.
Dan bila terjadi situasi genting yang memerlukan tindakan yang cepat seperti contoh di atas, presiden hanya tinggal perintahkan.” Tenggelamkan” beres urusan
Begitulah skenario bila seorang yang katanya menjadi pimpinan tertinggi (presiden ) di negeri ini, tetapi ternyata dia masih punya pimpinan yang lebih tinggi lagi. (Ya, namanya juga petugas, tentu ada pimpinan yang memberi tugas)
Akhir dari pandangan pribadi saya terhadap pencalonan Pak Ganjar Pranowo, perlu saya garis bawahi, sesungguhnya saya tidak berniat menyerang pribadi Pak Ganjar loh ya .? Meskipun belum lama ini santer terdengar kembali di media sosial perihal kasus E-KTP yang begitu viral sekira 10-11 tahun yang lalu. Dan menurut informasi kasus itu membuat kerugian negara sebesar 2,3 trilun. Tetapi alangkah abrakadabranya ternyata nama Ganjar Pranowo sempat disebut-sebut menerima 500 ribu Dollar AS loh.
Tetapi biarkan saja, karena kita tidak sedang membahas itu, saya cuma ingin mengembalikan memori masyarakat kita yang gampang terhapus. Mungkin akibat karena seringnya scroll Tik-tok melihat orang yang keranjingan goyang Pargoy atau hanya untuk sekedar mencari barang murah.
Lalu selanjutnya saya juga ingin membuka sedikit informasi tentang mahalnya biaya kuota internet di Indonesia khusunya Indosat. Saya sendiri juga ikut bertanya apa mungkin ada keterkaitannya dengan dijualnya perusahaan telekomunikasi BUMN yang bernama Indosat ke pihak asing oleh Megawati ketika ia menjabat sebagai presiden RI? Padahal yang kata banyak ahli ekonomi, Indosat itu adalah merupakan sebuah aset strategis.
Sungguh hebat dan bermoral sekali kan rekam jejak Megawati..! Konon Indosat itu dijualnya dengan harga yang sangat murah pula. Dan apapun tujuannya, penjualan aset strategis kepada pihak asing menurut sebagian pengamat, adalah tindakan yang kurang cermat atau dalam bahasa kasarnya adalah ‘dungu’
Bahkan menurut Peneliti Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Mochtar Pabottingi menyebutkan penjualan Indosat ke pihak asing itu adalah sebuah “Transaksi Kelam Bagi RI” Menyedihkan sekali bukan?
Lebih rinci seperti yang dikutip dari lipi.go.id, Mochtar Pabotinggi menyebutkan kasus divestasi atau penjualan PT Indosat Tbk yang merupakan aset negara kepada Singapore Technologies Telemedia (STT) mungkin merupakan lembaran transaksi yang paling menistakan dalam hitungan hukum, ekonomi, dan terlebih lagi dalam hitungan politik sepanjang sejarah Republik kita
Jadi kesimpulannya, apakah kita masih mau dipimpin oleh presiden yang hanya seorang petugas partai yang tentunya akan dikendalikan oleh pimpinan partainya.? Sedangkan kita bisa membaca rekam jejak pemimpin tersebut. Yang rekam jejaknya terlihat abu-abu sedikit gelap, yang mendekati hitam.
Lalu bagaimana langkah kita selanjutnya?
Hanya anda yang bisa menjawab.
Namun yang jelas, jawaban yang akan kita berikan melalui pencoblosan pada Pilpres mendatang, akan sangat menentukan masa depan Indonesia di masa mendatang
Mari bangun dari tidur dan mimpi buruk. Kita tidak sedang mencoba untuk menjadi pahlawan dengan melawan kekuatan yang lebih besar, kita hanya sedang bertahan untuk hidup dengan cara yang semestinya.
Salam dari seorang yang enggan berpaling dari rokok kretek, di Selatan Sukabumi (Surade 27/04/03 )