HARIANSUKABUMI.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat, bersama Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar, H. Dewi Asmara, serta Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Sukabumi, mengadakan Program Pencegahan Stunting di wilayah khusus pada Minggu, 15 Oktober 2023.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa Ciwaru, Sirojudin, beserta jajaran pemerintahan desa, Ketua BPD Ikin Sugiro, Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari Fraksi Golkar, H. Ujang Abdurohim Rochmi, Petugas KB Kecamatan Ciemas, tokoh masyarakat, pemuda, agama, serta para kader Posyandu di Desa Ciwaru.
Kegiatan ini berlangsung di aula Balai Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Baca juga : Proyek Perkim Kabupaten Sukabumi Tak Terinput LKPP, Arief: Disinyalir Sebagai Bentuk Korupsi Terselubung
H. Dewi Asmara, Anggota DPR RI Komisi IX Fraksi Golkar, menjelaskan pentingnya pemahaman tentang stunting di kalangan seluruh komponen masyarakat. Ia menekankan bahwa pemahaman ini tidak hanya perlu dimiliki oleh ibu-ibu, melainkan juga oleh pemuda dan orang tua.
“Data menunjukkan bahwa pernikahan dini di Kabupaten Sukabumi adalah yang tertinggi kedua di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, pemahaman tentang stunting sangat penting untuk dipahami oleh para pemuda, juga oleh seluruh komponen masyarakat,” jelas Dewi Asmara.
Kepala Bidang Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Sukabumi, Drs. Unang Suhendi MM.PD, juga memberikan penjelasan selama kegiatan ini.
“Kegiatan ini adalah bagian dari promosi Konfirmasi Informasi Edukasi (KIE) untuk program percepatan penurunan stunting di sektor ekonomi khusus. Diketahui bahwa tingkat stunting di Kabupaten Sukabumi adalah yang tertinggi nomor 26 di Provinsi Jawa Barat dengan angka mencapai 27,5 persen.
Baca juga : Viral: Video Jessica Wongso di Ruang Tahanan yang Kecil dan Sempit!
Oleh karena itu, kami terus bersama-sama dengan BKKBN Provinsi Jawa Barat dan Anggota DPR RI berupaya mensosialisasikan informasi mengenai stunting ini, dengan harapan dapat menurunkan angka kasus stunting di bawah 20 persen pada tahun 2024.”
Unang Suhendi juga berharap bahwa melalui sosialisasi ini, tidak akan ada lagi kasus stunting yang baru. Ia menjelaskan bahwa jika masih terdapat banyak kasus stunting di tahun-tahun berikutnya, hal ini dapat menghambat pembangunan nasional.
Sebab, kesejahteraan bangsa dimulai dari anak-anak yang lahir. Jika anak-anak sehat dan tidak mengalami stunting, maka Indonesia akan maju ke depannya, menjelang tahun 2045.
Editor : Aura Rahman