HARIANSUKABUMI.COM – Giat Pengecekan TKP Gantung Diri : oleh Kapolsek Jampangkulon beserta ka SPKT dan anggota jaga mengecek TKP Gantung Diri.
Di tengah sinar matahari pagi, sebuah tragedi mencekam terjadi di RSUD Jampangkulon, Sukabumi. Sdr. SAPTUJI, seorang pasien penderita lambung, meninggalkan rumah sakit ini dengan cara yang tragis, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplor kronologi peristiwa tersebut, menyusuri latar belakang korban, dan berbicara tentang aspek kesehatan mental yang semakin mendapat perhatian dalam masyarakat.
Kronologi Kejadian
Peristiwa tragis ini bermula pada Minggu, 15 Oktober 2023, saat Sdr. SAPTUJI tiba di RSUD Jampangkulon bersama istri dan anaknya. Pasien ini datang untuk berobat sakit lambung, batuk, dan kekurangan kalium. Ia menjalani perawatan di IGD RSUD, dan pada hari Senin, 16 Oktober 2023, pukul 17.30 WIB, ia dirawat di ruang Minajaya.
Pada malam itu, istri Sdr. SAPTUJI, Sdr. MASIAH, meminta petugas perawat untuk mengganti infusan suaminya. Namun, petugas tersebut meminta kesabaran karena sedang menangani pasien lain. Sebelum pergantian infusan terjadi, Sdr. SAPTUJI membuat keputusan tragis. Pada pukul 00.00 WIB, ia membuka infusan miliknya dan pergi dari ruang Minajaya. Ketika istri kembali ke ruangan, suaminya telah menghilang.
Pihak keluarga melakukan pencarian bersama petugas rumah sakit. Mereka juga memberitahu petugas keamanan RSUD Jampangkulon tentang kejadian tersebut. Namun, upaya pencarian selama sehari tidak membuahkan hasil.
Baca juga : Surya Paloh, Ketua Umum NasDem, Membahas Putusan MK tentang Batas Usia Capres/Cawapres 2024
Penemuan yang Mengguncang
Selasa pagi, 17 Oktober 2023, sekitar pukul 08.30 WIB, dua wanita yang sedang mencuci pakaian di sungai di Kp. Purwasedar IV, mendapati pemandangan yang mengguncang. Mereka menemukan jasad Sdr. SAPTUJI yang telah melakukan gantung diri di sebatang pohon di lahan kosong. Korban menggunakan kain sarung warna hitam yang diikatkan pada pohon.
Keluarga korban dan petugas kepolisian segera datang ke tempat kejadian. Meski dalam keadaan sedih dan terpukul, keluarga memutuskan untuk tidak melakukan otopsi dan menganggap kejadian ini sebagai takdir.
Mengapa?
Kejadian ini menggugah kesadaran tentang masalah kesehatan mental yang semakin mendapat perhatian di masyarakat. Tindakan putus asa seperti gantung diri bisa menjadi tanda orang yang sedang mengalami penderitaan mental yang mendalam. Ini adalah panggilan bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku dan gejala stres yang mungkin dialami oleh orang yang mereka kenal.
Tidak jelas apakah ada faktor-faktor tertentu yang memicu peristiwa tragis ini pada Sdr. SAPTUJI. Dalam banyak kasus, seseorang yang merasa terjebak dalam perasaan putus asa membutuhkan dukungan dan pemahaman dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental. Kami mendorong masyarakat untuk tidak ragu mencari bantuan jika merasa stres atau terkait dengan seseorang yang memerlukan pertolongan.
Kami akan terus memantau perkembangan berita ini dan berharap keluarga korban mendapat ketabahan dalam menghadapi situasi yang sangat sulit ini.
Editor : Aura Rahman