HARIANSUKABUMI.COM – Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengkritik pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres), menyebutnya sebagai hasil dari “political disobedience” atau pembangkangan politik yang didukung oleh rekayasa hukum di Mahkamah Konstitusi (MK).
Hasto menjelaskan, “Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobedience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK.”
Menurut Hasto, tindakan Gibran berseberangan dengan nilai-nilai rakyat Indonesia yang sangat menghargai nilai-nilai kultural, moralitas, kebenaran, dan kesetiaan. Sebagai sebuah negara spiritual, hal ini dianggap sangat penting.
Hasto menyatakan bahwa beberapa ketua umum partai politik telah memberikan pengakuan terkait situasi politik saat ini dan tekanan yang mereka rasakan. Namun, ia yakin bahwa rakyat Indonesia memahami siapa yang meninggalkan prinsip demi ambisi politik semata.
Baca juga : “Anies Baswedan Ajak Pendukungnya Lawan Kekuatan Uang yang Menolak Perubahan”
PDIP merasa bahwa pencalonan Gibran adalah sebuah bentuk pembangkangan terhadap partai dan pemimpinnya, Megawati Soekarnoputri, yang telah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDIP. Gibran memilih untuk maju sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, merespons kritik dari PDIP dengan mengatakan bahwa niat baik Gibran adalah untuk membangun Indonesia bersama Prabowo.
“Saya rasa itu silahkan dinyatakan kembali. Saya kira yang penting dari kita niatnya nawaitunya baik, dari Pak Gibran ingin berjuang bersama Pak Prabowo,” kata Rosan.
Rosan juga memuji duet Prabowo-Gibran, menyebut mereka pasangan yang saling melengkapi dan dapat merangkul aspirasi dari berbagai kalangan.
“Ini pasangan lengkap, dari semua unsur, dari junior sampai senior ada, pasangan ini bisa serap semua aspirasi yang ada. Karena kalau anak muda ngomong dengan anak muda pasti lebih nyambung,” ungkap Rosan.
Situasi politik yang kontroversial ini terus menjadi sorotan, terutama dalam konteks pencalonan Gibran sebagai cawapres. Dalam beberapa bulan ke depan, perjalanan politik Indonesia akan menjadi perhatian utama.
Baca juga : “Gibran Rencanakan Kartu Indonesia Sehat Lansia dan Kartu Anak Sehat”
Editor : Aura Rahman