Rawe-rawe rantas malang-malang putung ungkapan itu mungkin tepat dilekatkan pada kubu Prabowo kali ini, lebih khususnya bagi partai Gerindra yang dimotori oleh Prabowo Subianto
Ungkapan yang pernah menjadi kalimat sakti pada waktu perang kemerdekaan oleh masyarakat Jawa Timuran yang mampu mengobarkan semangat dan menaikan moral pejuang ketika itu, dipercaya akan masih sama ampuh bila digunakan oleh kubu Prabowo pada saat ini.
Perjuangan Prabowo untuk mewujudkan cita-citanya menjadi orang nomor satu di negeri ini, terdapat banyak persamaan dengan ungkapan “rawe-rawe rantas malang-malang putung“. Perjuangan tersebut penuh dengan tantangan, rasa lelah, pedih, pahit, getir, dan mungkin juga rasa frustasi.
Dalam konteks Pilpres 2024, ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa kubu Prabowo akan mengerahkan segenap kemampuan, segala sumber daya yang ada untuk memenangkan kontestasi kali ini. Ibarat Russian rollet kemungkinannya hanya tinggal 2 hidup atau mati. Kubu Prabowo tentunya banyak mendapat pelajaran berharga pada 2014-2019. Maka kontestasi kali akan ada banyak strategi yang akan diterapkan,. Tetapi apa pun itu pada intinya kali ini tidak boleh kalah, maka “strategi apapun dan cara bagaimanapun” akan diterapkan. Hal ini karena mengingat Prabowo Subianto telah berusia 73 tahun pada tahun 2024. Artinya, kemungkinan besar Pilpres 2024 adalah kesempatan terakhir bagi Prabowo untuk menjadi presiden.
Sejak berdirinya partai Gerindra pada tahun 2008 silam, sudah tercermin ada ambisi yang kuat pada diri Prabowo untuk menjadi pemimpin bagi lebih kurang 278 juta jiwa di Nusantara ini. Namun berjalannya waktu perjuangan tersebut ternyata sangat tidak mudah, bahkan “berdarah-darah”.
Dua kali mencalonkan diri sebagai presiden, pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, dan dua kali pula ia pulang dengan kekalahan.
Kedua kekalahan tersebut tentu saja merupakan pukulan yang berat bagi Prabowo. Namun, sebagai mantan tentara yang terlatih dan terbiasa menghadapi tekanan dan rasa sakit, Prabowo tidak menyerah. Hingga saat ini ia terus memupuk dan merawat cita-citanya tersebut agar tidak layu dan mati.
Suka tidak suka, mau tidak mau kita harus mengacungkan jempol dan mengatakan cita-citanya itu memang tidak mati, serta realistis dan kemungkinan besar akan terwujud. Dengan dukungan dari koalisi yang solid dan elektabilitas yang tinggi dibanding capres yang lain, Prabowo memiliki peluang yang besar untuk memenangkan Pilpres 2024.
Mungkin sebagian masyarakat masih tetap tidak menyukai dan memberikan stigma terhadap pribadi Prabowo, namun di sisi lain mereka juga harus bisa memandang secara obyektif betapa kuat tekad dan daya juangnya yang tak pernah padam apalagi untuk menyerah dalam mewujudkan mimpinya ini.
Daya tahan, daya juang, keberanian serta ketegasannya adalah cermin atau bagian dari karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dan tak bisa kita pungkiri sifat-sifat itu ada pada diri Prabowo Subianto.
Tentu saja, Prabowo Subianto juga memiliki kelemahan. Misalnya, Prabowo sering kali dianggap sebagai sosok yang keras dan otoriter. Namun, terlepas dari kelemahannya, Prabowo Subianto memiliki karakteristik yang penting untuk dimiliki seorang pemimpin apalagi dalam kancah internasional. Mungkin yang ia perlukan nanti, mengutip dari pernyataan Rocky Gerung yang lebih kurang mengatakan seorang presiden itu harus mempunyai pembisik-pembisik yang handal bukan yang dungu. Pembisik itu haruslah orang-orang jeli dalam melihat situasi dan kondisi. Di samping itu dia juga harus bisa memahami sisi psikologi dari Prabowo, agar bisa mengarahkannya ke arah yang lebih bernilai dalam segala aspek.
Sebetulnya sikap berani dan tegas itu telah pernah ia tunjukan semisal ia memberikan resolusi damai untuk perang Rusia – ukraina. Meski resolusi itu ditolak tapi setidaknya kita bisa ukur betapa besar keberanian dia dalam menyatakan pemikirannya dalam menantang hegemoni Barat.
Bahkan dari beberapa pernyataannya di masa lalu, Prabowo pernah menyatakan bahwa Indonesia tidak akan menjadi pengikut Amerika Serikat. Walaupun dalam hal ini kita bisa membaca sebetulnya pernyataan itu tidak merujuk pada negara Amerika semata, tetapi lebih kepada negara-negara besar yang seakan memberi warning kepada negara-negara besar tersebut untuk tidak mencoba mendikte negara Indonesia dalam menentukan kebijakan apapun.
Sejarah mencatat, tidak ada kemenangan yang mudah dan gampang untuk diraih.
Dan bila pun ada, kemenangan itu akan terasa hambar dan juga tidak akan berlangsung lama, seperti pepatah Barat, Easy Come Easy Go. Apa-apa yang mudah untuk didapatkan akan mudah sekali untuk lepas.
Contoh untuk kasus itu bisa kita lihat pada mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY adalah seorang pemimpin partai yang sangat dominan pada tahun 2004. Ia berhasil memenangkan Pilpres 2004 dan 2009 dengan suara yang sangat telak, dan terasa sangat mudah sekali ia menduduki kursi kepresidenan itu. Namun seperti ungkapan tadi, ia hanya mampu bertahan selama 2 periode saja. Sejak saat itu, nama dan partainya, seakan terkubur dan hampir tak dibicarakan lagi.
Kembali pada sosok Prabowo. Masyarakat bertanya, apakah ia kan mampu menduduki kursi kepresidenan pada 2024?
Saya secara pribadi menilai, Prabowo Subianto sangat mampu untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024. Peluang kemenangannya sangat besar, bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada celah untuk kekalahan. Dukungan dari tiga partai besar, yaitu Golkar, PAN, dan Demokrat, disertai elektabilitas yang terus menguat dari hasil beberapa lembaga survey, semakin memperkuat peluang tersebut. Selain itu, momentum politik juga tampaknya mendukungnya. Ditambah pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut bahwa Pemilihan Presiden 2024 akan menjadi jatah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dengan kata lain Jokowi telah merestui dan bahkan mendukung secara diam-diam terhadap Prabowo. Apalagi anak Jokowi, Gibran menjadi wakil dari Prabowo sendiri, maka lengkaplah sudah semua perlengkapan pemenangan bagi Prabowo. Hanya tinggal satu instrumen lagi yang menjadi penentunya, pantas atau tidaknya dia menjadi Dirigen bagi sebuah orkestra super besar yang bernama Indonesia ini, yaitu “instrumen langit.”
Prabowo Ibarat Garuda yang terluka, kini ia telah pulih dan kembali terbang tinggi, siap untuk memimpin Indonesia
Tulisan ini adalah Opini dari Azhar Vilyan Seorang pedagang kopi dan penikmat rokok kretek yang kini tinggal di Sukabumi
Bagaimana pendapat kalian?